Selasa, 22 Oktober 2019

asal usul desa wangandalem

Konon, desa tempat tinggalku, terdapat sebuah wangan atau bahasa indonesianya adalah sungai kecil. Wangan di desa ini sangatlah dalam dimana wangan itu setiap sorenya ramai karena ada anak-anak kecil yang bermain diwangan tersebut (gupak). Maka dari itu wangan satu-satunya didekat rumah H. suwanto tergolong sangat dalam dahulu namun beberapa tahun terakhir wangan itu sudah tidak dalam seperti dulu dan juga setiap di rt kampong di desa wangandalem kerja bahakti. Masyarakat juga mengeruk /mengambil sampah-sampah yang ada di sungai sebagai sarana pencegahan penecemaran lingkungan air. Desa wangandalem terdapat dari 2 kata yaitu wangan yang berarti kali (sungai kecil) dan dalem yang artinya dalam.

asal usul desa pesantunan

Pada tahun 1825 datanglah seseorang bernama Mbah Santun menduduki wilayah yang belum ada seorangpun tinggal di wilayah itu. Beliau hidup seorang diri tinggal dan berteduh serta mencari nafkah di wilayah yang masih sepi, namun tanah yang subur dan makmur menjadikan beliau tetap bertahan untuk melangsungkan kehidupan sampai menguasai wilayah itu dan akhirnya wilayah yang ditempati dinamakan Desa Pesantunan yang berada di wilayah Kec. Wanasari Kab. Brebes berada di Provinsi Jawa Tengah.

Kata Pesantunan diambil dari nama seseorang yang pertama kali menempati atau hidup di Desa Pesantunanan yaitu beliau Mbah Santun. Seiring dengan perubahan waktu dan kemajuan jaman yang ada, pasangan suami istri yaitu Mad Sidin dengan Yai Liyah yang telah melahirkan 4 bersaudara antara lain yaitu: Mad Enggong, Mad Yusuf, Kabi dan Sahamah. Dengan adanya penambahan penduduk dan perlunya seseorang untuk memimpin wilyah tersebut maka diangkatlah Mad Enggong untuk menjadi seorang kepala Desa tanpa adanya pemilihan. Dalam perjalan memimpin Desa Pesantunan Mad Enggong sering enggang-engkong atau keluyuran dan kurangn tanggung jawab, maka Mad Enggong diganti adiknya yang bernama Mad Yusuf. Adanya pengakuan dari pemerintah bahwa ada Desa Pesantunan yang beada di wilayah Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah maka pada kurang lebih tahun 1850 diangkatlah Mad Yusuf sebagai Kepala Desa Pesantunan yang pertama, selisih 172 tahun lamanya dengan pengangkatan Bupati pertama, yaitu Tumenggung Arya Suralaya pada tanggal 18 januari 1678. Selama 25 Tahun tepatnya pada tahun 1875 beliau Mad Yusuf menunaikan ibadah haji, dari sepulang ibadah haji jabatan Kepala Desa diserahkan kepada adiknya yang bernama Sahamah pada masa itu sistem peraliahan kekuasaan adalah sistem adanya hubungan kekeluargaan maka peralihan kekuasaan diserahkan kepada keluarga yang dianggap mampu memimpin.

Namun Sahamah dianggap tidak mampu untuk menduduki jabatan Kepala Desa Pesantunan maka diangkatlah kakak Sahamah yaitu Kabi yang dianggap mampu untuk menjadi Kepala Desa yang ke dua. Karena beliaulah yang mampu membendung banjir di Desa Pasar Bantang. Masa jabatan Kepala Desa Pesantunan yang ke dua pada sekitar tahun 1900 sampai tahun 1923. Dan selanjutnya kekuasaan Desa Pesantunan dipegang oleh Tawap sebagai Kepala Desa yang ke tiga namun diperjalan waktu beliau hanya mampu menduduki jabatan Kepala Desa 1,5 tahun dan selanjutnya jabatan Kepala Desa diisi oleh Sayud sebagai Kepala Desa yang ke empat pengganti Tawap sekitar tahun 1924.

Pada masa itu Negara Indonesia dalam keadaan masa penjajahan Belanda suasana hiruk pikuk dimana-mana, suasana tidak aman kacau balau banyak kejadian pembakaran rumah dan banyak masyarakat yang kurang makan khususnya di wilayah Brebes, maka Bupati Brebes mengangkat langsung kepada Amin Suminto menjadi Kepala Desa yang ke lima pengganti Sayud. Akhir masa jabatan Amin Suminto pada tahun 1954 barulah sistem demokrasi di Desa Pesantunan ditegakan sehingga dalam rangka untuk mengisi kekosongan jabatan Kepala Desa.

Pada tahun 1954 Desa Pesantunan mengadakan Pemilihan Kepala Desa yang pertama yang diikuti empat calon Kepala Desa yaitu Arifin, H. Makbub, Juri, dan Muksan. Hasil Pemilihan Kepala Desa Pesantunan yang pertama terpilihlah Arifin sebagai pemenang calon Kepala Desa Pesantunan yang ke enam dengan suara yang terbanyak, hanya selisih satu suara dengan calon kepala desa H. Makbub.

Pada masa kepemimpinan Arifin dibantu Sekretaris Desa H. Basori dan selajutnya diganti oleh Chariri keadaan jumlah penduduk sudah semakin padat dengan luas wilayah sekitar 289.080 Ha sampai dengan tahun 1982 Desa Pesantunan terkenal banjir ini dikarenakan masih sempitnya sungai pemali dan banyaknya lahan bantaran yang masih ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan. Disamping pesantunan terkenal banjir, juga Desa Pesantunan terkenal nomer satu mempunyai Tim Sepak Bola yang paling tangguh selalu mendapat juara ditingkat Kabupaten maupun Provinsi pada Event-Event Open Cup. Tim terseburt yaitu PS. PUTRA GALUH dengan menejer Sarmian dan PS. BINTANG MUDA dengan menejer Rabub Setiawan karena banjir tidak menghalangi demam bola Desa Pesantunan.

Untuk menghindari bahaya banjir pada tahun 1982 desa Pesantunan mendapat program dari Pemerintah yaitu AMD (ABRI Masuk Desa) jenis kegiatannya yaitu pengurugan sepanjang Jalan Cik ditiro Jalan Imam Bonjol dan Jalan Tengku Umar serta membangun jembatan talud, jalan dan makadam. Walaupun program tersebut sudah dilaksanakan Pesantunan masih kebanjiran, karena luapan air dari sungai pemali. Sehingga pada tahun 1988 sampai tahun 1989 Pesantunan mendapat program-program Pemerintah yaitu pembangunan tanggul pemali dan pelebaran Sungai Pemali serta pembuatan sungai baru yaitu Sungai Dlepa. Sekitar kurang lebih 33 tahun masa waktu Arifin menjabat Kepala Desa maka muncul keinginan masyarakat adanya Pemilihan Kepala Desa karena kepemimpinan Arifin sudah dianggap lama sekali lebih-lebih masyarakat ingin ada pergantian Kepala Desa. Pada tahun 1989 Desa Pesantunan mengadakan Pemilihan Kepala Desa yang ke dua, diikuti oleh empat calon Kepala Desa yaitu Mulyani, HBS, Nursidik, Darmanto dan Taryad. Pesantunan yang didominasi oleh kaum Nahdiyin maka terpilihlah Mulyani. HBS sebagai calon pemenang untuk menduduki kursi jabatan Kepala Desa yang ke tujuh. Dalam mengisi kegitan pembangun beliau yang dibantu oleh Sekretaris Desa yaitu saudara Rustopo mengawali pembangun Balai Desa Pesantunan karena pada waktu jabatan Kepala Desa dipegang oleh Arifin Desa Pesantunan belum mempunyai Kantor Balai Desa.

Masa yang damai hidup rukun walaupun sering muncul gesekan antar Desa, Mulyani. HBS mampu menjalankan tugasnya sebagai kepala desa selama delapan tahun sampai dengan masa akhir jabatannya dengan baik, tidak ada permasalahan yang “urgen”. Setelah masa jabatan Mulyani. HBS berakhir maka pada tahun 1998 Desa Pesantunan mengadakan Pemilihan Kepala Desa yang ke tiga dengan diikuti enam nama calon Kepala Desa Pesantunan yaitu antara lain H. Mulyani, HBS, Darmanto, Abdul Kodir, Setia Riadi, SH, Kaliri, dan Tanuri. Dengan adanya penambahan calon Pemilihan Kepala Desa yang ke tiga menguntungkan salah satu kubu calon Kepala Desa yang bernama H. Mulyani, HBS, sehingga hasil pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa dimenangkan oleh calon yang bergambar ketela pohon yaitu H. Mulyani, HBS untuk menduduki kursi jabatan Kepala Desa yang ke delapan.

Dipriode yang ke dua kepemimpinan H. Mulyani, HBS dalam rangka untuk menjalankan roda Pemerintahan yang dibantu oleh Sekretaris dari Kecamatan Wanasari bernama Akyas, selanjutnya pengangkatan saudara Sanuri, SE sebagai Sekdes Devinitif kegiatan pembangunan Desa Pesantunan yang didanai oleh Pemerintah yaitu bantuan Alokasi Dana Desa yang sangat rendah sekali tidak sesuai dengan keadaan Desa Pesantunan yang punya wilayah terluas dan padat penduduknya sehingga pembangunan belum bisa merata ke sepuluh RW yang ada di Desa Pesantunan. Disamping Desa Pesantunan mendapat bantuan ADD setiap tahun pada waktu itu Desa Pesantunan mendapat program yang namanya PMDKE, P2KP (BKM-KSM ), PPK atau PNPM Mandiri. Semua program tersebut dapat dilaksanakan baik fisik maupun non fisik dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat Desa Pesantunan sampai berakhir masa jabatannya. Pada 2006 jabatan Kepala Desa H. Mulyani, HBS telah berakhir terjadilah masa transisi selama kurang lebih satu tahun, supaya kebijakan Pemerintah Desa Pesantunan tetap bisa berjalan maka untuk mengisi jabatan Kepala Desa sementara maka terpilihlah tokoh masyarakat yaitu Darmanto untuk menduduki jabatan Kepala Desa sementara kurun waktu selama satu tahun.

Pada tahun 2007 Desa Pesantunan mengadakan Pemilihan Kepala Desa yang ke empat untuk memilih dan mengangkat Kepala Desa secara Definitip yang diketuai oleh Abdul Kodir. Ada tiga kandidat yang siap maju untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa Pesantunan antara lain Darmanto, Slamet Sofan dan Casbani. Sesuai dengan aturan Pemerintah bila pejabat Kepala Desa sementara mencalonkan diri maka untuk mengisi jabatan Kepala Desa mengangkat Saudara Abdul Syeh Miftahudin untuk menjadi YMT atau Yang Menjalankan Tugas sehari-hari sebagai Kepala Desa Pesantunan. Modal pengalaman menjadi PJ Kepala Desa dan bisa membuktikan adanya perubahan kemajuan pembangunan Desa Pesantunan maka terpilihlah Darmanto untuk menjadi Kepala Desa Definitip yang ke sembilan.

Pada priode ini banyak adanya perubahan birokrasi dan perubahan penambahan anggaran bantuan Dana Alokasi Desa masuknya bantuan Dana Aspirasi Dewan program PNPM Mandiri dan program yang sifatnya pembanguanan untuk infrastruktur baik untuk peningkatan jalan maupun untuk saluran pembuangan dan untuk kegiatan Sosial serta Simpan Pinjam semua bertujuan untuk meningkatan Kesejahtraan Masyarakat Desa. Pada masa itu seluruh Desa di Indonesia mulai diperhatikan oleh Pemerintah pola pemikirannya, para Pejabat Negara sudah sepakat bahwa pembangunan harus dimulai dari Desa lebih-lebih Desa tertinggal ditambah lagi adanya desakan tuntutan dari seluruh Perangkat Desa terhadap Pemerintah agar adanya Undang-Undang tentang Desa.

Undang-Undang Desa menjadikan Desa mandiri tidak dianaktirikan kesejahtraannya. Puncaknya pada Hari Jum’at tanggal 12 Oktober 2012 seluruh Perangkat Desa yang dipelopori oleh PPDI dan Parade Nusantara membanjiri, mendesak di Gedung DPR RI Pusat Jakarta menuntut agar segera secepatnya Undang-Undang Desa ditetapkan dan disahkan oleh DPR RI. Sampai dengan tahun 2013 akhir masa jabatan Kepala Desa Darmanto Undang-Undang Desa belum bisa disahkan, namun ditahun itu seluruh Desa Se-Indonesia terjadi kemajuan peningkatan pembangunan di berbagai sektor dan kesejahtraan Perangkat Desa diperhatikan sesuai dengan kemampuan Kabupaten atau UMK.

Agenda rutinitas Pemerintah Desa setiap purna jabatan atau bila terjadi kekosongan jabatan penting baik karena purna tugas atau karena sebab lain maka pada tanggal 12 Februari 2013 Desa Pesantunan mengadakan Pemilian Kepala Desa yang ke lima yang diketuai oleh Hersodo, SPD. Ada tiga Calon Kepala Desa yang ikut bursa Pemilihan Kepala Desa Pesantunan antara lain adalah Much. Tolibin, Muroi dan Muhammad Waridin. Hasil Pemilihan Kepala Desa yang ke lima perolehan suara yang terbanyak adalah Muroi dengan gambar nomor dua yang berhak untuk menduduki jabatan Kepala Desa yang ke sepuluh. Setelah dilantik baru menjalankan tugas kurang lebih sembilan bulan, Undang-Undang Desa ditetapkan oleh DPR RI dan mulai diberlakukan pada Bulan Januari Tahun 2014. Amanah Undang-Undang Desa dijalankan kucuran dana untuk Desa sangat besar sehinga terangkatlah kesejahtraan Perangkat Desa. Dana yang besar dan kesejahtraan Perangkat Desa sudah diperhatikan maka perangkat dituntut untuk bisa mengolah Dana Desa yang diberikan dari Pemerintah jangan sampai Dana Desa yang sangat besar malah justru jadi bumerang karena tidak bisa memper tanggung jawabkan. Undang-Undang Desa merubah nasib Desa lebih baik Desa lebih maju penduduk Desa akan lebih sejahtera ini karena pembangunan diprioritaskan di Desa-Desa.


asal usul desa sindangjaya

Pada Masa  Jaya-jayanya Kerajaan Majapahit ada putra Mahkota dari kerajaan di Jawa Barat yaitu dari Krawang di utus untuk menghadap Raja di Majapahit dengan menunggang kuda.. Kuda tesebut diberi nama Jogor Suryadiningrat..

Konon sewaktu perjalanan melalui daerah Pegunungan dengan jalan setapak naik turun gunung sangat terjal, keluar masuk hutan belantara Sehingga perjalanan sementara ditunda . lalu Perjalanan beralih  menuju arah utara dan   mampir disebuah Desa yang disebut Peundeuy yang menurut cerita Desa ini adalah Desa Kolot penuh dengan mitos. Peradaban yang ada dimasyarakat banyak larangan – larangan atau banyak yang tidak diperbolehkan untuk dilaksanakan istilah pamali ( larangan untuk dilaksanakan ).

Di Desa Peundeuy saat itu situasinya sangat dilematis, terutama masalah ketentraman, banyak masalah – masalah yang bermunculan. Namun Alhamdullilah Berkat Ridlo Alloh dengn kedatangan utusan tersebut Segala  Permasalahan  yang muncul di Desa Peundeuy dapat diselesaikan  secara arif dan bijaksana.Adapun pejalanan menuju Kerajaan Majapahit tertunda bahkan tidak kesampaian dikarenakan  singgah / mampir  di Desa Peundeuy bagian selatan.

Setelah beberapa tahun kemudian dengan pertimbangan yang sangat matang kemudian Beliau menentukan  Desa Peundeuy Dipecah menjadi dua Desa ,, Antara lain ; bagian utara menjadi Desa Pende dan bagian Selatan Menjadi  Desa Sindangjaya . Desa Pende memiliki  benda Pusaka Beunde yang digunakan untuk pemberitahuan kepada masyarakat dengan cara benda pusaka tersebut ditabuh oleh seorang Pamong Desa  / Kabayan keliling Desa untuk memberi tahu ada kepentingan yang perlu di reumbug di Desa.Sehingga Cikal bakal Desa Sindangjaya adalah Riwayat perjalanan Seorang utusan Putra Mahkota dari Kerajaan Krawang Jawa Barat menuju ke kerajaan Majahit terhenti karena ditengah – tengah perjalanan ada suatau permasalahan yang tiada henti – hentinya namun dapat diselesaikan oleh beliau sehingga masyarakat merasa  aman ,  tentram, damai..

Kemudian Beliau berembug  dengan leluhur – lehurur lainya, seperti Ada sesepuh dari Cirebon dipimpin Oleh seorang yang sakti mandraguna yaitu Ki Walangsungsang Kemudian  dengan Ki Cakrabuana atau Mbah Kuwu Sangkan.Atas seijiin Alloh SWT ,  Beliau sesepuh dari Cirebon dengan segala kelebihannya atau dengan kesaktiannya  membawa Sumur Bandung /Sumur Kejayaan dari Cirebon ke Desa Peundeuy bagian Selatan ( sekarang Desa Sindangjaya ). Sumur tersebut setelah diletakan di Desa Peundeuy bagian Selatan dan dibawah akar pohon Blendung maka sumur tersebut dikenal dengan sebutuan sumur Blendung, Sindang ( mampir/Sendang/Air dan Jaya artinya mendapatkan Kejayaan. Sendang ( Air) .

Didalam sumur blendung terkadang memperlihatkan atau muncul bermacam – macam jenis ular,  belut putih dan ada pula ikan gabus dan lain sebagainya;.

Pada saat bulan Syuro dan bulan Maulud terkadang ada pejiarah yang berdatangan ke Sumur Blendung. Mereka sengaja pada mandi dengan bunga tujuh rupa ada pula yang hanya ambil airnya untukdibawa dengan tujuan mencari kabarokahan dari Alloh SWT.

Sejak itu pula Sumur Blendung dikeramatkan Oleh Masyarakat sekitarnya sampai dengan sekarang Sumur Blendung terkenal dengan angkernya karena banyak dedemit dan penunggu – penunggunya termasuk menurut cerita rakyat ada kerajaan Jin dibawah pimpian Ki Kala Geni dan Ki Kala Godra , anak buahnya lebih dari tiga ratusan. Disitu ada baureksonya bernama Nyai Endangjaya  selalu memegang keris Pusaka Nogo Sosro Namun ada keyakinan dan kepercayaan dimasyarakat bahwa nyai Dewi Endangjaya adalahBunda Ayu Ratu Kidul. Sebagai Pengawalnya adalah Aki Cayan dan Ki Buyut Tuban. Di Desa Sindangjaya ada seorang Empu yang bernama Kigeude Supa ( Embah Buyut Sufa Rumbang ) sebagai Pendatang .Beliau sebagai pembuat keris –keris Pusaka atau benda – benda Pusaka.

Ada pula  beberapa baurekso di Sindangjaya termasuk diantaranya :  Embah Buyut Kaputihan Alias Eyang tunggal Jati Putih,,Kigeude Bodas Alias Embah Bao,, Raden Deuleus,, Pangeran Purbaya,, Eyang Rekso Negoro,, Raden Trenggono,, Eyang Joko Sengoro yang sekarang terkenal di Brebes dengan sebutan Ki Joko Poleng,, Raden Sutejo Alias  Ki Leja ,, Nyai Siti Asih,, Eyang Anggawana,,Kigeude Jagajaya, Eyang Emad ( Syeh Abdussomad Jombor ) , Mbah Mansoer alias Kigeude Mansyoeryeh Maulana Mansyoer;

Kigeude Jagajaya adalah anak cucu Eyang Sarmin yang berasal dari Kuningan Jawa Barat.Eyang Sarmin adalah Cucu Eyang Awangga / Dipati Kuningan , sehingga sampai sekarang Kultur,budaya,adat – istiadat di Desa Sindangjaya hampir mirip dengan daerah Kuningan bahkan bahasa keseharianyapun di Desa Sindangjaya memakai bahasa Sunda

Kemudian sesepuh dari Kuningan Jawa Barat yang dijuluki Eyang SARMIN memerintahkan kepada Bapak TAWAN untuk menjadi Kuwu ( Kepala Desa ) dan merupakan Kuwu pertama di Sindangjaya yang kemudian dikenal dengan Julukan / mendapatkan gelar JAGADIMERTA yang artinya  orang yang bisa menjaga masyarakat dengan kepiaweannya dan tentunya dengan teramat sakti mandraguna . Embah Tawan juga memiliki kuda yang masih keturunan / titisan kuda Jogor Suryadiningrat yang sewaktu – waktu kuda tersebut mampu di utus  membawa surat dari Kantor Kuwu diberikan kepada Demang di Kademangan ( Kecamatan ) maupaun ke kadipaten ( sekarang Kabupaten;

Di Desa Peundeuy ada pula kuda yang punya kemampuan / sangat sakti ,, namanya Kuda Weling yang ditunggangi Oleh Syeh Amangkuat I berasal dari Tegal. Pada tahun 1948 Desa Sindangjaya dan Desa Pende dihujani bom oleh Serdadu Belanda dari  Pesawat Udara, Namun dengan kesaktian Syeh Amangkurat I yang berkendaraan kuda weling bom – bom yang ditumpahkan dari atas,, ternyata tidak ada korban apapun, semuanya selamat dari serangan  bom,,bahkan rumah Pendudukpun tidak ada yang rusak,, hanya tanah – tanah pekarangan yang pada rusak. Itu semua berkat Karomah para Leluhur yang ada Di Sindangjaya Terlebih tentunya Berkat Perlindungan dan Rahmat Alloh SWT

Demikian Cerita singkat cikal – bakal / sejarah Desa Sindangjaya barangkali ada kekeliruan ,,kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar – besarnya, karena ini semua cerita rakyat secara turun temurun ,,,,untuk kebenarannya Walloohu A’lam.

Sabtu, 28 September 2019

Sejarah dan Asal usul daerah Tengki

Suatu ketika ada seorang warga yang berasal dari china sedang menelusuri hutan. Ia menelusuri hutan dengan tujuan mencari tempat untuk meneruskan kehidupanya, sehingga dia pun menelusuri berbagai hutan. Beliau mendirikan gubug kecil sebagai tempat istirahat dikala rasa penat dan lelah menjeratnya di pinggir hutan. Nama beliau yaitu “Tengsen”. Beliau selalu di terangi oleh lampu gantung yang di bawanya kala itu Ketika beliau datang ke hutan ini. Setiap hari beliau menjual hasil hutannya kepasar demi memenuhi kebutuhan sehar-hari. Karena pada saat itu di hutan beluma ada penghuninya maka tak heran jika disetiap beliau pergi tak pernah lupa membawa lampu gantung itu yang mana fungsinya sebagai penerang jalannya.

                  Pada suatu ketika saat beliau berjualan di pasar, barang dagangan yang dijual hari sebelumnya masih tersisa, pasti akan di jual kembali pada pagi hari selanjutnya. Begitupun juga untuk seterusnya. Dan saat itu juga beliau mengajak beberapa temannya untuk berkunjung kerumahnya itu. Disana, temannya pun bertanya kepada tuan Tengsen tentang barang dagangan yang kemarin tersisa dari jualannya itu, lalu tuan Tengsen pun menjawabnya “Barang ini akan di jual lagi ketika pagi nanti di saat ku berjualan dipasar”.

                  Seiring berjalannya waktu, usia tuan Tengsen pun terus bertambah, hingga beliau mulai beranjak ke usia yang tua dan sudah mulai tidak sanggup lagi untuk berjualan dikarenakan sering mengalami rasa sakit pada fisiknya. Lalu, dikala tuan Tengsen sakit dan sebelum meninggal, beliau sempat bepesan kepada beberapa  temannya tersebut untuk menamai Hutan tersebut menjadi suatu desa yang bernama “Desa Tengki” yang mana artinya dalam bahasa jawa yaitu “Ora Enteng Nganggo Sekiki” atau bias juga diartikan “jika tidak habis untuk besoknya lagi”. Setelah beliau meninggal, kemudian mulailah banyak orang yang berdatangan dan menetap di Desa Tengki itu. Sehingga yang dulunya hutan belantara menjadi sebuah pemukiman warga yang mayoritas penduduknya adalah Petani.

                  Namun ada cerita lain yang mengatakan bahwa Desa Tengki terbentuk karena pada saat itu ada orang keturunan Arab yang membawa lentera minyak. Lentera tersebut menjadi bahan rebutan antara orang Arab dengan orang Cina. Adapula orang yang mengatakan bahwa pada zaman dahulu tentara Belanda membawa Tank dan bertempur di hutan tersebut hingga Desa Tengki Banyak mengandung Istilah Yaitu yang Pertama TENGKI yang berarti “Ora teng go sekiki”. Yang kedua TENGKI yang berarti “Teng nggo saiki” dan yang ketiga TENGKI yang berarti tempat minyak yaitu (Tangki) dan mobil Tank yang lama kelamaan berubah menjadi Tengki. Tentunya cerita yang benar maupun salah itu tergantung dari kepercayaan diri kita masing-masing.

Sejarah dan Asal Usul daerah PasarBatang

Pada zaman dahulu kala di daerah Brebes termasuk jajahan Belanda. Suatu hari seorang pemimpin penduduk dari daerah Sawojajar berusaha untuk menyulut semangat rakyat untuk melawan penjajah tersebut,kemudian rakyat tersebut pun berbondog bondong menuju markas para penjajah tersebut,sesampainya di daerah pemali dekat Pendopo Brebes rombongan rakyat Sawojajar tersebut bertemu dengan rombongan rakyat lain dari daerah yang sekarang bernama Kauman yang di pimpin oleh seorang tokoh agama/kyai. Taklama kemudian mereka sampai tempat tujuan dan peperangan pun pecah,para rombongan berperang gagah tangguh,dengan alat seadanya meskipun dengan alat bambu runcing dan parang tajam yang sederhana mereka dapat melumpuhkan sebangai pasukan. Mereka   menebas kepala Belanda tanpa ampun dan menusuk seruncing bambu agar menancap di tubuh para penjajah hingga mati perlahan. Setelah hampir sebagian sebagian besar penjajah hampir kalah,Belanda pun meminta bantuan kepada para pasukan terdekat di beberapa daerah untuk bergabung dan membawa senapan mesin,disinilah para pahlawan kita kwalahan  mundur mencari perlindungan dan banyak para rakyat yang tewas karena senjata penjajah tersebut. Dan para pejuang yang masih hidup itu berlari kearah Utara yang kebetulan sebabian daerah tersebut bekas hutan yang dijadikan tanah lapak yang luas dan masih sedikit orang yang menetap disana,sebagian bersembunyi sebagian lagi menjaga daerah belakang,deapan,dan samping. Tetapi bagai manapun tenaga para pejuang tiada berdaya karena kekurangan stok makanan dan kurangnya istirahat. Akhirnya pun sebagian dari yang tersisa tertangkap dan dibunuh dengan sadisnya,kekalahan para pejuang pun tidak terrelakan lagi ,banyak mayat manusia yang bergeletakan di sana sini. Pada akhirnya daerah yang penuh mayat manusia tersebut banyak sekali tergeletak seperti pasar mayat,lambat laun daerah tersebut di penuhi penduduk dan mereka menyebut daerah tersebut dengan “PASARBATANG”, “PASAR” yang berarti tempat ramai,sedangkan “BATANG” berarti bangkai atau mayat.

Minggu, 01 Januari 2017

Promo IKLAN

Mau iklannya dimuat?
tertarik berbisnis dengan saya hubungi kami di email Saefulelhuesito@yahoo.com

Rabu, 28 Desember 2016

Makna Lambang Kabupaten Brebes

Hallooo kanca- kanca kabeh pimen kabare???
Aku pan takon kyeh sapa sing ngerti Makna atawa arti lambang brebes???
yen durung ngerti saiki jal diwaca kiyeh artikele

MAKNA GAMBAR DALAM LAMBANG
- Daun lambang daerah yang berbentuk dasar segi lima melambangkan dasar falsafah negara yaitu pancasila
- Warna biru menunjukan adanya pantai dan pegunungan
Puncak segi lima menunjukan puncak gunung sedangka
- Lengkung-lengkungnya menunjukan gelombang lautan

MAKNA DAN MOTIF-MOTIF DI DALAM LAMBANG

1.      Bintang-bintang bersudut lima kuning emas melambangkan bahwa masyarakat brebes adalah makhluk yang berketuhanan yang maha esa.
2.      Padi dan kapas melambangkan kemakmuran di bidang sandang dan pangan
3.      Bentuk bulat telur serta gambar bawang merah melambangkan bahwa telur asin serta bawang merah merupakan hasil spesifik daerah.
4.    Lima akar melambangkan bahwa rakyat dan pemerintah daerah adalah pelaksana demokrasi pancasila
5.   Perpaduan antara tujuh belas butir padi, delapan buah kapas empat puluh lima mata rantai melambangkan titi mangsa proklamasi kemerdekaan bangsa indonesia 17 agustus 1945.
6.      Perpaduan tiga umbi bawang merah dan lima akar yang berwarna hitam serta puncak bawang yang merupakan nyala api yang tak kunjung padam berjumlah lima, melambangkan kehidupan demokrasi (legislatif, eksekutif, yudikatif) yang harus dilaksanakan secara dinamis dalam bentuk demokrasi pancasila
7.  Sebuah pita putih bergaris tepi hitam yang menyambungkan padi dan kapas ditengah bertuliskan : mangesthi wicara ebahing praja dengan warna hitam yang menunjukan bahwa rakyat brebes bertekad untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membangun bangsa dan negara kesatuan republik indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945

MAKNA WARNA
·         Putih berarti                      : kejujuran / kesucian
·         Kuning emas berati          : kesatuan /keagungan / kemulian kebijaksanaan
·         Merah berarti                    : keberanian
·         Hijau berarti                     : kemakmuran / kerukunan
·         Hitam berarti                    : keteguhan / keabadian
·         Biru berarti                       : kedamian /kesetiaan

MAKNA SESANTHI DAERAH “MANGESTHI WICARA EBHING PRAJA”

1. arti sesanthi daerah dari kata demi kata adalah : 
- Mangesthi adalah menuju, menginginkan, menghendaki, mengusahakan, mengutamakan, bertekad.
- Wicara adalah Bicara, cerita, riwayat, pembicaraan, rembug, musyawarah, mufakat, kebulatan tekad.
- Ebah adalah gerak, kegiatan, bekerja membangun.
- Praja adalah pemerintahan, negara, kegiatan-kegiatan kenegaraan

2.arti keseluruhan sesanthi daerah adalah bahwa rakyat bersama pemerintah daerah brebes bertekad (Mangesthi) untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membangun (Ebahing) negara (Praja) dan bangsa